Friday 13 May 2016

KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN DALAM HINDU




Akhir-akhir ini banyak beredar berita yang menyatakan telah terjadinya bunuh diri dengan cara gantung diri. Bunuh diri (Ulah Pati) dalam hindu pun tidak dibenarkan, karena atma (menurut kepercayaan agama hindu) adalah kekal dan abadi. Oleh sebab itu, setelah seorang manusia meninggal, maka atmanya tetap hidup dan akan mengalamai kehidupan setelah kematian.
Sesungguhnya kematian (wajar) bukanlah suatu yang harus ditakuti, sebab semua mahluk yang hidup pasti akan mengalami kematian, selain itu, atma yang memiliki widya (pengetahuan/pencerahan) akan senantiasa berjalan menuju Brahman. Jika semasa hidup kita sebagai manusia selalu berbuat baik (subha karma) dan menghindari perbuatan buruk (asubha karma) maka saat kematiaan datang, atma kita akan dituntun kejalan-Nya dan akan mencapi sorga loka.

Kehidupan kita di dunia sebenarnya adalah tempat untuk menyucikan atma dengan perbuatan baik dan melakukan instropeksi diri, dengan mengendalikan indria dan tidak tergoda oleh kenikmatan duniawi.
Sarasamuscaya bg.1
Hana pwa tumenung dadi wwang,  wimukha ring dharmasadhana, jenek ring arthakama arah, lobhambeknya, ya ika kabancana ngaranya.
Mereka  yang  memanfaatkan kelahirannya hanya untuk  mengejar kekayaan, kesenangan, nafsu-nafsu kotor  dan  rakus.   Mereka  yang  tidak melakukan kebajikan di bumi,  mereka inilah manusia yang tersesat dan pergi menjauh dari jalan kebenaran.
Matangnyan haywa  juga wwang  manastapa, an tan paribhawa, si dadi wwang  ta pwa kagongakena ri ambek apayapan paramadurlabha iking si janmamanusa ngaranya, yadyapi candalayoni tuwi.
Janganlah  pernah bersedih  hati  dilahirkan  menjadi  manusia, meskipun  pada kelahiran yang  dianggap paling hina; karena sesungguhnya amat  sulit untuk bisa menjelma menjadi manusia. Berbahagialah menjadi manusia.
Hendaklah kita sebagai manusia yang memiliki akal pikiran untuk selalu mendekankan diri pada ajaran-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Bhagavad-Gita menjelaskan ada dua jalur/Marga yang dapat dilalui oleh atma setelah kematian. Jalur tersebut adalahUttarayana dan Daksinayana. Salah satu jalur (Uttarayana) adalah jalur terang atau jalur dewa.
anir jyotir ahah suklah
sanmasa uttarayanam
tatra prayata gachchhanti
brahma brahmavido janah
Api, ahaya, siang hari, purnama dan enam musim matahari berada di Uttara (Uttarayana) 
Jika saat itu ajal tiba orang yang mengatahui Brahman pergi menuju pada Brahman. (Bg.8.24)

Dia yang mengetahui keberadaan brahman, maka ia tidak akan mengalami reinkarnasi (kelarihan kembali).Sedangkan jalan yang satunya adalah Daksinayana atau jalur gelap/awidya atau jalur pitra
dhumo ratris tatha krishnah
sanmasa dakshinayanam
tatra chandramasam jyotir
yogi prapya ni nivartate
Asap Malam hari, bulan mati dan enam musim matahari ada di selatan (Daksinayana)
Jika saat itu ajal memanggil Sang Yogi yang mencapai cahaya Bulan akan dilahirkan kembali (Bg. 8.25)
Jadi, apa yang terjadi setelah atma terpisah dari badan kasar?
  1. Atma menjunu brahman dan mencapai moksa
  2. Atma mengalami reinkarnasi kembali
Bhagavad-Gita :
Setelah memakai badan ini dari masa kanak-kanak hingga dewasa dan tua, jiwa pergi ke badan lain”. “Bagi yang hidup kematian adalah pasti, dan bagi yang mati lahir kembali adalah pasti“.
Katha Upanishad :
Sekarang aku akan bicara padamu tentang rahasia Tuhan yang abadi, dan apa yang terjadi atas jiwa setelah kematian. Jiwa mungkin pergi ke dalam kandungan seorang ibu dan dengan demikian memperoleh tubuh baru. Atau pergi ke tempat lain sesuai dengan karmanya dalam hidupnya sebelumnya“.
Atma Mencapai Moksa
Jika atma berhasil menuju brahman dan mencapai moksa, itu berarti atma tersebut akan menyatu dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan telah mengalami kebahagiaan abadi. Ada yang mengatakan bahwa, dalam perjalanannya menuju Brahman, atma akan di tolong oleh pendahulunya (Roh keluarga pendahulu kita yang sudah suci) untuk bersama-sama menuju brahman.
Atma Mengalami Reinkarnasi
Ini berarti atma tersebut akan dilahirkan kembali menjadi mahluk hidup (Manusia/Binatang/Tumbuhan) sesuai karma yang ia bawa. Jika atma dalam keadaan penuh dosa, maka atma tersebut akan dilahirkan kembali dari neraka dan menjadi mahluk hidup yang tergolong rendah (binatang). Jika atma dalam keadaan tidak penuh dosa (artinya cuma ada sedikit sisa sifat keduniawian) maka atma tersebut akan dilahirkan kembali dari sorga (Menjadi manusia yang dihormati).
Kenapa kita tidak ingat dengan kehidupan sebelumnya jika kita mengalami reinkarnasi?
Mahatma Gandhi menjawab : “Adalah kebaikan alam dan karunia Tuhan kita tidak mengingat kehidupan kita pada seluruh kelahiran terdahulu. Hidup kita akan menjadi tak tertanggungkan kalau kita membawa beban kenang-kenangan atau ingatan yang demikian banyak dari kehidupan terdahulu”
Bagaimana cara agar kita bisa melalui jalur uttarayana agar mencapai moksa?
Sri Krishna memberikan petunjuk/penerangan dalam ayat-ayat berikut:
“Mengontrol semua indria dalam tubuh, dengan pikiran yang fokus, memperbaiki prana dalam diri di bagian atas kepala, membangun diri dalam Yoga, mengucapkan AUM , yang merupakan Brahman, dan meningatku saat ajal memanggil maka ia mencapai tujuan tertinggi. (8,12-13) 
Jadi begitulah kurang lebih yang akan dialami atma setelah terpisah dari badan kasar. Sorga dan neraka tidaklah penting karena keduanya hanyalah sarana untuk mengingatkan kita agar senantiasa berbuat baik, dan belajar intropeksi diri jika berbuat salah. INGAT!!! tujuan kita bukanlah sorga ataupun neraka, tetapi tujuan kita adalah mencapi MOKSA.


1 comment:

  1. Terima kasih banyak atas penjelasan yg mudah dicernahkan; singkat dan tepat.

    ReplyDelete